Arafah adalah negara terbuka dan luas di sebelah timur luar kota suci umat Islam di Mekkah arab Saudi. Diapadang yang luas ini,pada satu hari (siang hari) tanggal 9 Dzulhijjah pada penanggalan Hijriyah berkumpullah lebih dari dua juta umat isalm dari berbagai pelosok dunia untuk melaksanakan inti ibadah haji ,ibadah wukuf.
Arafah, tempat ini menjadi puncak dan pertemuan bagi jamaah haji di seluruh dunia.
Arafah terletak di kawasan yang terletak di sebelah tenggara Masjidil Haram. Sejak sekian tahun lalu, padang Arafah ditanami lebih dari 100.000 pohon untuk menyejukkan kawasan.
Kata Arafah diambil dari akar kata yang memiliki arti mengenal atau mengakui karena di sini manusia seharusnya mengenal jati diri dan menyadari dosa-dosanya.
www.alhijazmediaumroh.com
Dalam buku ‘Haji dan Umrah’ yang ditulis M Quraish Shihab dijelaskan, Nabi Ibrahim memperoleh penjelasan tentang manasik haji dari Malaikat Jibril di Arafah.
Sementara dari berbagai literasi lain juga disebut bahwa Arafah memiliki arti pengetahuan. Dinamai demikian karena Arafah menjadi tempat perjumpaan antara Adam dan Hawa. Keduanya memiliki rasa untuk saling memahami. Itulah isyarat pengetahuan yang pertama.
Keberangkatan para jemaah dari Mekkah menuju Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah adalah refleksi bahwa sesungguhnya kita berasal dari Allah. Kembalinya para jemaah dari Arafah ke Mekah pada hari berikutnya sebagai refleksi bahwa sesungguhnya kepada-Nya kita akan kembali.
Hari wukuf adalah hari yang terbanyak Allah SWT mengampuni manusia dan terbanyak manusia dibebaskan Allah SWT dari neraka. Hal tersebut terdapat dalam hadits.
“Tidak ada juga hari – selain hari kemenangan dalam peperangan Badr – yang terlihat setan begitu terhina dan kecil seperti halnya wukuf di Arafah”
Ibadah wukuf di Arafah dimulai saat matahari tergelincir hingga matahari terbenam. Yang dilakukan saat wukuf yakni salat jamak takdim dan qashar Zuhur-Ashar, berdoa, berzikir, membaca Alquran dan salat jamak takdim dan qashar magrhib-isya.
www.alhijazmediaumroh.com
Muhammad Syafi’i Antonio mengintrodusir empat makna arafah, yakni; araftu, i’tiraf, ta’aruf, dan arafa as-sabr. Arafah dalam makna araftu, berkait erat dengan riwayat Ibnu Abbas, suatu ketika malak Jibril mengajarkan manasik pada Nabi Ibrahim as, lalu ia bertanya “Apakah engkau telah mengetahui manasik?, Nabi Ibrahim menjawab, na’am araftu (ya aku telah mengetahuinya) (HR. Baihaqi). Dalam makna ini sejatinya para jemaah haji yang sedang wuquf di Arafah mengetahui seluruh rangkaian manasik haji. Ia harus mengetahui mana yang rukun, mana yang wajib, mana yang sunnah, mana yang hanya fadilah dan segala macam kaifiat (tata cara) pelaksanaan ibadah haji lainnya. Pengetahuan dan pemahaman manasik yang komprehensif akan membawa jemaah haji sampai pada cita-citanya, yakni haji yang mabrur.
Dalam makna I’tiraf, Arafah mengandung arti pengakuan yang tulus atas dosa dan khilaf yang diperbuat. Karena itu manakala wukuf di padang Arafah, yang berarti mendiamkan seluruh aktifitas fisik, maka sejatinya bathin tidak berdiam dari menyampaikan pengakuan kepada Allah atas kezaliman. Dalam hal ini, jemaah bisa belajar i’tiraf dari Para nabi, Nabi Adam as misalnya melakukan i’tiraf atas kezalimannya dengan menyenandungkan kalimat, “rabbana dzhollamna anfusana waillam tagfirlana watarhamna lanakunanna minal khosirin”, Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Kami termasuk orang-orang yang rugi.”(QS. Al-A’raf:23). Hal serupa juga disenandungkan oleh Nabi Yunus asa “lailaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzholimin”, Tidak ada Tuhan selain Engkau Maha Suci Engkau ya Allah sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang zalim (QS. Al-Anbiya : 87), Nabi Musa juga sama, ia pernah menyenandungkan kalimat I’tiraf yang sangat tulus, “Robbi inni dzhollamtu nafsi fagfirli”, ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menganiaya diri, maka ampunilah aku (Al-Qasas: 16).
Dalam makna ta’aruf, arafah adalah medium untuk saling mengenal diantara ummat Islam. Dalam Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti” . Dalam tahap yang paling dasar ta’aruf yang harus dilakukan oleh jemaah haji setidaknya adalah ta’aruf jasadiyah, yakni saling mengenal identitas fisik masing-masing, seperti; nama, alamat dan sebagainya. Ta’aruf fikriyah, saling mengenal pola pikir masing-masing. Berikutnya taaruf qolbiyah yakni saling mengenal hati nurani masing-masing. Buah dari tiga ta’aruf ini, jemaah haji akan terhindar dari jiddal yakni pertengkaran tidak terpuji yang bisa merusak hakikat wukuf.
Dalam arti arafa as-sabr, arafah adalah medium mengaflikasikan kesabaran secara nyata. Dalam suasana diam di padang terbuka dengan cuaca yang sangat terik dan kurang bersahabat, maka sahabat sejatinya hanyalah kesabaran. Dalam hal ini Allah menegaskan, “Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah:153). Dalam makna ini arafah adalah orang-orang yang disertai Allah karena kesabarannya.
Makna lain dari arafah adalah ma’rifatul Islam, yakni sebuah proses mengenal Islam sebagai agama Allah yang paling sempurna. Karena itu dalam khutbah wada ketika di padang arafah, nabi membacakan QS. Al-Maidah ayat 3, “Pada hari ini telah aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah aku cukupkan nikmat-Ku bagimu dan telah aku ridhoi Islam sebagai agamamu”. Selamat berwukuf.